top of page

Our Story...

written by : Liya Amsaroh (www.ukiransejarahhidup.blogspot.com)

 

SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto, di sekolah ini dulu kita pertama kali ketemu. Tiba-tiba dia datang membawa harapan, hingga kami dekat satu sama lain. Ceritanya kalo pas jaman SMA itu ada yang namanya jadian, jadian itu kalo si cowok sudah menanyakan “would you to be my girl friend?” si cewek jawab “absolutely yes” *sambil malu-malu.


Lama, semakin lama, tak kunjung ucapan itu keluar dari mulutnya, dan saya masih berharap. Banyak teman yang merasa dia menggantungkan saya *eh jadi kalo hubungan nggak jelas itu namanya nggantung ya teman-teman.. nggak ada kata jadian diantara kami, tapi tetep aja saya sebel kalo dia deket sama perempuan lain.. hingga akhirnya terlihat seperti saya mengejar2 dia yang PHP alias Pemberi Harapan Palsu.. wkakaakak


Sampai dia lulus sekolah, kemudian kuliah di Semarang. saya masih kelas 3 SMA waktu itu, tapi rasa itu tetap sama, sesekali bertukar sapa lewat surat yang diposkan, mengirim hadiah, dll.. ya gitu deh.. walaupun deketan tapi ya kita nggak berstatus pacaran..


Giliran saya yang lulus sekolah, Allah mengantarkan saya ke kampus Universitas Negeri Yogyakarta disinilah mulai mencari makna dan arti kehidupan, kalau hidup itu harus besar, luas, dan manfaat yang sederhana itu sikapnya. *supeerrr eh gadis cilik sekarang sudah beranjak dewasaa.. :p

Subhanallah Allah memberi saya teman-teman yang jauh dari budaya hedonis, sederhana, baik hati dan religius. Kami berusaha sekeras mungkin berlomba-lomba dalam kebaikan. mengingatkan dalam keburukan, ah indahnya. Waktu terbuang sia-sia ketika kita tidak mengahabiskannya untuk menjadi manfaat bagi orang lain..

Saya mulai berusaha melupakan dia, bukan karena terganti oleh sosok yang lain, tapi lebih karena saya ingin memperbaiki diri, memantaskan diri untuk jodoh yang insya Allah juga sedang memantaskan dirinya untuk saya.


Suatu hari Allah pertemukan kami kembali dalam event-event pertandingan robot yang di ikutinya di Jogja, berkenalan sama temen-temen POLINES yang baik hati, eh tapi malah diledekin *jadi malu..  saya menemuinya hanya sekedar bertemu sebagai teman lama, saya sadar, bahwa komitmen itu dimulai setelah adanya kesepakatan dalam sebuah khitbah.. No couple before akad.. Bismillah, bisa, bisa, bisa.. ^_^


2011 dia lulus kuliah, kemudian bekerja di perusahaan tambang di Kalimantan waktu itu saya masih kuliah semester akhir, Juni 2012 resmi lulus dan Yudisium akhir bulan itu, sambil menunggu wisuda, saya sudah mulai mencari pekerjaan. Wisuda bulan September 2013, OMG dan saya belum mendapatkan pekerjaan yang pas. Ditengah stress saya mencari kerja, tiba-tiba dia mengajak saya menikah, tapi saya bertekad untuk mendapatkan pekerjaan terlebih dahulu dan mempersilahkan bila hendak memilih yang lain.


Januari 2013, saya beruntung lolos seleksi rekrutmen sebuah Bank BUMN di Bandung, Alhamdulillah akhirnya impian mendapatkan pekerjaan yang mapan segera terwujud. Hey ternyata di perusahaan itu tidak boleh menikah selama dua tahun, saya bicarakan lagi padanya yang sudah lama mengajak saya menikah, daaaaann dia mempersilahkan saya memilih mau menikah dengannya atau bekerja.  Tetooot maaf ya bu, pak kali ini anakmu mengecewakan kalian karena saya memilih tidak mengambil pekerjaan itu. Maafkan anakmu ini karena memilih ingin menikah muda yang kata orang belum sempat membahagiakan kalian, tapi pak bu bagiku itu bukan alasan untuk tidak berbakti pada kalian.

 

 

Oiya keputusan tersebut sudah saya fikir masak-masak, insya Allah dengan hati dan pikiran yang jernih, Bukankah laki-laki seperti dia sangat jarang ditemui saat ini, yang bukan memacari tapi membuktikan cintanya dengan menikahi. Ah bukankah yang seperti itu yg kamu inginkan li? Apa ketika datang pria seperti itu kemudian km memilih duniawi (pekerjaan-red)?

 

Berbakti pada suami yang saleh insya Allah akan menghadiahkan surga, belum tentu berbakti diperusahaan yang tidak membolehkan menikah dihadiahkan Surga oleh-Nya. waktu itu saya memang belum mempunyai pekerjaan yang tetap tapi Alhamdulillah sudah ada income, ya memang baru cukup untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tapi sudah tidak menggantungkan sepenuhnya sama orang tua.

 

 

Ujian datang lagi, orang tuanya belum mengijinkan kami menikah karena alasan belum mapan, saya tau pandangan seperti itu juga untuk kebaikan kami, mereka menyesalkan kenapa saya tidak mengambil pekerjaan itu. Kembali jadi job seeker, melamar kesana-kemari tapi kali ini tidak melamar di perusahaan yang nggak ngebolehin menikah. Akhirnya Allah memberikan saya rizki untuk bekerja di sebuah perusahaan property di lereng gunung slamet. Subhanallah

 

 

Selang beberapa bulan entah angin apa yang menggerakkan hati orang tuanya, Alhamdulillah akhirnya kami diijinkan untuk menikah, Sabtu, 21 September 2013 dia dan keluarganya resmi meminang saya, sejak saat itulah saya mulai berkomitmen dengan seorang pria..

 

 

Insya Allah 9 Februari 2014 tepat di tanggal ulang tahun kami berdua akan melangsungkan pernikahan

 

mohon do’a restu dari teman-teman semua

 

 

 

Membagi Cinta

written by : Liya Amsaroh (www.ukiransejarahhidup.blogspot.com)

 

Lalu, kalian akan menikahi pujaan hati kalian dan mengayuh biduk kecil kalian, perlahan menjauhi kami, Mama dan Papa. Di situlah mungkin Mama akan mempertaruhkan rasa keikhlasan Mama. Karena Mama juga manusia biasa.
Masa iya, setelah susah payah merangkai kalian hingga suatu hari menjadi sehebat yang kalian bisa, Mama bisa santai-santai saja ketika tiba saatnya harus berbagi cinta dengan perempuan lain. Apalagi jika ternyata, perempuan itu berbeda dengan yang Mama harapkan.
Di titik inilah, Mama akhirnya sadar, “Apa yang kau tanam itu yang kau tuai.” Mama harus pandai-pandai mempersiapkan diri. Dimulai dengan menjalin hubungan baik dengan Oma kalian, Mamanya papa. Mungkin semua kekhawatiran mama masih dalam angan-angan, sementara Oma sudah harus berhadapan langsung dengan kenyataan itu… sekarang.

Dear son, walau sedari sekarang Mama berusaha keras memupuk rasa ikhlas dan mempersiapkan diri jika saatnya kalian berlayar di dunia kalian masing-masing, sadarilah. Mungkin di saat itu, sekali-sekali Mama akan cemburu atau iri. Sekali lagi, Mama manusia biasa :).
But I’ll do my best ;). Untuk membiarkan kalian menjadi yang kalian mau, memilih jodoh yang kalian inginkan, mengikhlaskan apa pun jalan yang kalian pilih, semata-mata karena cinta. Yang konon katanya, “Cinta itu berarti sanggup melihat orang yang kita cintai bahagia walau kita tidak termasuk dalam kebahagiaan itu.”
Tapi Mama yakin. Cinta kita, antara Mama dan kalian, selamanya akan memiliki tempat khusus di hati kita masing-masing. Tempat yang tidak akan terganggu walau kita tak akan bersama dalam satu atap lagi. Suatu hari nanti.


Kalau pun tak mungkin membawa serta Mama ke mana pun kalian melangkah nanti, tapi Mama harap kalian tak pernah lupa merapalkan nama Mama dalam doa-doa kalian. Bahkan sampai ketika nanti Mama tak ada di dunia lagi. Semoga Mama tetap bergema dalam hati kalian.
Dear Son, pada akhirnya Mama mengambil kesimpulan bahwa membesarkan kalian seperti merawat seekor kupu-kupu. Pas sekali dengan lirik lagu Tante Mariah Carey yang satu ini,  ”Butterfly.”


Butuh energi lebih untuk membesarkan kalian dari seekor ulat hingga bersayap sempurna. Untuk akhirnya … terbang dan pergi melanglang buana. Itulah yang memang seharusnya kalian lakukan. Pergilah sejauh yang kalian bisa. Mama sendiri sangat bahagia bisa mendapat kesempatan tinggal di berbagai tempat. My son, pengalaman adalah harta tak ternilai yang harus kalian perjuangkan hingga sejauh mana sayap kalian mampu menerbangkan kalian.


Fly my son(s), fly away my butterflies, fly abandonedly into the sun :). Adapun Mama akan tetap menjadi Mama di mana pun kalian nanti berada. Sejauh apa pun jarak yang nanti terbentang diantara kita. Selamanya akan mencintai kalian, sebesar yang Mama bisa.
 

Now I understand to hold youI must open up my handsand watch you …Spread your wings and prepare to flyFor you have become a butterflyFly abandonedly into the sun(Butterfly, Mariah Carey)

 

Note : artikel ini saya ambil dari forum theurbanmama tulisan mbak Jihan Davincka
------------------------------------------------------------------------------------------------------


Dua bulan yang lalu, mamah (calon mertua red) belum mengijinkan kami menikah, entah angin apa yang menggetarkan hati mamah sehingga tiba-tiba menyetujui keinginan kami untuk menikah muda. mungkin karena melihat keseriusan anaknya atau entah apa. sujud syukur pada-Mu ya Allah untuk restu yang dikucurkan kedua orangtuanya saat ini.

Membaca artikel the urban mama yang membahas tentang perasaan seorang wanita terhadap anak laki-lakinya, sontak hatiku remuk betapa saya tidak peka terhadap perasaan Mamah, wanita yang melahirkannya, menyusui, membesarkan dan mendidik calon imamku hingga seperti ini.

Dear Mamah, aku bukan hendak merebut cinta anakmu untuk kemudian menjauhimu. mungkin engkau akan merasa sedih, ketika anakmu nanti akan membagi cintanya denganku, perhatian dan cintanya harus dibagi menjadi dua, antara aku dan Mamah.


Ketika sudah menikah nanti, Mamah lebih berhak atasnya dari pada aku. bagaimanapun, surga seorang anak ada pada Ibunya. Tapi Mamah, ijinkanlah aku mengabdikan diriku pada anakmu, karena disitulah jalanku menuju Surga, kuyakini engkau telah mendidiknya dengan baik, aku tau dia akan menuntutku baik dengan  merangkak, berjalan dan bahkan berlari, aku tau jalan menuju Surga-lah yang akan anakmu tunjukkan untukku dan keluarga kecil kami nanti.
 
Dear Mamah, bukankah laki-laki yang hebat ada dua orang wanita hebat dibelakangnya? semoga kita nanti tidak akan berseteru memperebutkan cintanya, karena yang harus kita lakukan adalah mendukung dengan penuh cinta terhadap dirinya, merapalkan namanya dalam setiap do'a kita. meskipun nanti kita akan tinggal berjauhan, dalam do'a kita akan selalu dipertemukan.

Dear Mamah, aku sering mendengar kisah perseteruan menantu dan mertuanya perihal berebut perhatian, semoga Allah menjauhkan kita dari hal-hal yang demikian. seharusnya mereka sadar, anak laki-laki adalah hak ibunya, bukan istrinya. kalaupun itu terjadi, bukankah berarti dia sedang mengajarkan anak-anak mereka untuk berbakti kepada ibunya nanti?

Dear Mamah, aku ingin menikah dengannya bukan untuk merebut cintanya darimu. kami hanya tak ingin engkau juga menanggung dosa kami apabila kami terjerembab dalam hubungan yang belum halal. sungguh, aku tak akan menghalanginya untuk membahagiakanmu, karena kebahagiaanmu adalah juga kebahagiaanku.

Terimakasih tak terhingga untuk wanita hebat yang sudah membesarkan calon imamku, aku akan mencintaimu pula sebagaimana dia mencintai ibunya.

Much Love,

Your daughter in law to be

bottom of page